KafeBerita.com, Blitar — Pemerintah Kabupaten Blitar melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) mendorong modernisasi pola pertanian dengan memanfaatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Fokusnya tidak semata pada bantuan jangka pendek, tetapi pada pembentukan sistem tanam adaptif yang mampu menghadapi tantangan iklim, kebutuhan pasar, hingga fluktuasi harga.
Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Kabupaten Blitar, Siswoyo Adi Prasetyo, menyampaikan bahwa strategi off season farming di komoditas cabai menjadi langkah kunci untuk menjaga suplai dan menekan gejolak harga di pasar. “Anggaran itu kami gunakan untuk pengembangan cabai rawit. Sasarannya kelompok tani penerima, dengan lokasi berada di empat kecamatan,” ucapnya Selasa (1/12/2025).
Program tersebut menyasar kecamatan Doko, Garum, Nglegok, dan Srengat. Para petani di kawasan itu mendapatkan paket bantuan berupa bibit cabai rawit unggul, mulsa plastik, pupuk kandang, serta pupuk NPK. Pendekatan ini tidak hanya membantu dari sisi input produksi, tetapi juga mendorong perubahan mindset budidaya, dari pola musiman menjadi pola tanam terencana.
Siswoyo menjelaskan bahwa cabai merupakan salah satu komoditas yang sensitif terhadap perubahan cuaca dan sering menjadi penyumbang inflasi. Ia menjelaskan logika sederhana hubungan itu yaitu ketika musim hujan datang, petani cenderung memilih padi, produksi cabai menurun, lalu harga naik. “Karena itu, kami perlu mengembangkan tanam cabai off season. Komoditas cabai ini kan penyumbang inflasi, jadi kita dorong agar produksinya tetap aman supaya harga bisa dikendalikan,” katanya.
Selain cabai, DBHCHT juga diarahkan pada penerapan teknologi pertanian di sektor tembakau. Siswoyo yang juga menjabat sebagai Plt. Kepala Bidang Sarana Perkebunan, menyebut bahwa petani tembakau kini tidak hanya mendapat bantuan benih atau pupuk, tetapi juga alat mekanisasi seperti hand traktor, kultivator, dan mesin perajang setelah panen.
Penerapan mesin ini mempercepat proses budidaya sekaligus meningkatkan kualitas hasil tembakau, terutama kadar nikotin dan gula yang menjadi indikator standar industri. DKPP juga memfasilitasi bimbingan teknis bagi petani, terutama mereka yang kini bermitra dengan PT Djarum di Blitar Selatan.
Saat ini, uji coba kemitraan dengan PT Djarum dilakukan di lahan seluas 13 hektare, dengan hasil panen sudah terserap oleh perusahaan tersebut. Tahun depan, luas lahan kemitraan ditargetkan meningkat menjadi 50 hektare. Kemitraan ini tidak hanya memastikan pasar, tetapi juga memberikan kepastian harga dan kualitas.
Pendekatan DBHCHT tahun ini memperlihatkan arah kebijakan pertanian Kabupaten Blitar yang semakin modern, berbasis riset lapangan, dan berbasis data. Bukan lagi sekadar budidaya tradisional, melainkan pertanian sebagai sistem ekonomi yang dihitung secara teknis, diproyeksi secara tahunan, dan disinergikan dengan rantai pasok industri.
Melalui diversifikasi komoditas, pola off season, serta kemitraan berorientasi pasar, DBHCHT telah berfungsi sebagai katalis pemulihan ekonomi daerah. Petani menjadi lebih resilien terhadap cuaca, harga lebih terkendali, dan ketergantungan pada siklus musiman berkurang.
Dengan strategi seperti ini, Kabupaten Blitar mulai membentuk fondasi pertanian baru yang lebih tangguh terhadap risiko, lebih produktif secara ekonomi, dan lebih adaptif terhadap dinamika pasar.






