Disnaker Kabupaten Blitar: DBHCHT Bukan Hanya untuk Infrastruktur, Tapi Investasi SDM Unggul

KafeBerita.com, Blitar – Di balik kegiatan pelatihan kerja berbulan-bulan itu, ada sebuah gagasan yang jauh lebih besar ketimbang sekadar memberi para peserta selembar sertifikat kompetensi. Kepala Dinas Tenaga Kerja atau Disnaker Kabupaten Blitar, Ivong Berttyanto, saat ditemui Senin (1/12/2025), menguraikan bahwa penggunaan DBHCHT untuk pelatihan bukanlah proyek biasa, tetapi merupakan strategi subtil untuk menggeser arah pembangunan Blitar ke basis SDM.

“Sertifikasi pelatihan yang akan panjenengan peroleh tidak hanya sekadar lembaran kertas, melainkan simbol dari komitmen untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme dalam bidang masing-masing,” ujarnya, dengan intonasi yang cenderung afirmatif.

Di ruang itu, Ivong bukan sekadar bicara sebagai birokrat. Ia tampak seperti seseorang yang memahami bahwa kompetensi individual, bila terkumpul secara sistematis, adalah fondasi ekonomi yang baru. “Kompetensi peserta bukan lagi sebatas kata, namun telah dibuktikan secara konkret dengan sertifikat yang berlisensi BNSP,” katanya, menegaskan bahwa dokumen itu sah sebagai legitimasi keterampilan.

DBHCHT, yang selama ini sering dipersepsikan publik sebagai sumber dana untuk infrastruktur fisik dan program administratif, dalam pelaksanaannya justru diarahkan ke ruang yang lebih langsung menyentuh manusianya. Ivong menyebut, sertifikat BNSP ini adalah modal daya saing yang bukan hanya untuk memasuki industri, tetapi untuk membentuk struktur ekonomi lokal yang lebih matang.

Model investasinya pun tidak bekerja sendiri. Pelatihan dilakukan dengan dukungan beberapa lembaga yang punya praktik teknis yang kuat seperti LPK Smart Junior, PT Senandung Laras Korporat, LPK Erlin Estetika, hingga BLK Sound Electric. Keberadaan lembaga-lembaga ini bukan sekadar nama di daftar, mereka adalah labour–engine yang mendorong keterampilan yang dibentuk, diuji, lalu diakui secara nasional.

Dengan mekanisme ini, DBHCHT di Blitar mulai bergeser dari paradigma lama, dari membangun jalan dan gedung menuju paradigma yang lebih berjangka panjang, membangun manusianya. Pemerintah daerah menyadari bahwa ekonomi lokal tidak akan ditopang oleh beton dan kabel saja, tetapi oleh pekerja yang punya keterampilan, lisensi profesi, dan rasa percaya diri untuk memasuki dunia kerja.

Dalam wawancara, Ivong menyampaikan pesan yang tak hanya motivatif, tetapi hampir terasa sebagai prinsip hidup bagi generasi angkatan kerja baru.
“Hidup sukses perlu proses, tidak ada orang sukses tanpa proses. Hidup jangan sekedarnya atau ala kadarnya, hendaknya fokus dan serius pada satu tujuan yang ingin dicapai,” ujarnya.

Pernyataan itu seolah hendak membentuk mentalitas yang selaras dengan kebutuhan tenaga profesional modern yang tahan banting, fokus, berkarakter kerja, dan tidak menyukai standar minimum. Hal itulah yang dibangun selama kegiatan Kegiatan Sang Kapten  (Sertifikasi Angkatan Kerja Kompeten) tahun 2025 dikemas dalam pola 3 in 1, Atau mengintegrasikan 3 hal elemen utama dalam satu kegiatan digelar Disnaker Kabupaten Blitar yang didanai DBHCHT. Diawali dengan pelaksanaan Pelatihan Vokasi yang dilakukan oleh Instruktur Lembaga Pelatihan Kerja, kemudian sertifikasi kompetensi BNSP yang dilakukan oleh Asesor Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang terlisensi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dan terakhir tahapan Magang Kerja pada Dunia Usaha dan Industri (DUDI) yang terkait dengan program studi pelatihan.

Kini, sebanyak 166 laki-laki dan perempuan muda Blitar telah memegang sertifikat yang sama, sebuah tanda bahwa mereka telah melalui seleksi, diuji secara objektif, dan dinyatakan layak sebagai tenaga kompeten secara nasional. Namun dampaknya tidak berhenti di situ. Dalam ekosistem SDM, satu orang terserap kerja berarti satu rumah tangga mengalami peningkatan ekonomi. Dan bila angka 166 itu bergerak bersamaan dengan gelombang tahun-tahun berikutnya, ia dapat memicu perubahan struktur ketenagakerjaan di daerah.

Dalam skala waktu yang lebih panjang, sertifikasi BNSP ini bisa menjadi lapisan awal pembentukan tenaga kerja unggul yang tak hanya terpakai di industri, tetapi kelak juga menjadi mentor, supervisor, bahkan pendiri usaha kecil yang nantinya menyerap tenaga kerja lain. Dari situ, ekonomi lokal tumbuh bukan dari suntikan dana pemerintah, melainkan dari tenaga profesional yang lahir dari daerah itu sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *